|
Meski dinilai agak terlambat, pengembangan industri halal Indonesia tetap berjalan. Indonesia pun tak ingin kalah menjadi acuan standar halal internasional.Demikian kata Dr. Elfi Anis Saati, MP, auditor Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Jatim pada seminar Peluang dan Tantangan Industri Halal Berbasis Halal Dan Syariah di Surabaya. Ia mengemukakan industri halal itu menjanjikan dangan menguntungkan. Karena industri halal bukan halnya untuk kalangan muslim dan Negara Islam saja, tetapi Negara-negara Barat dan non muslim sangat merindukan kehalalan produk industri.“Kehalalan produk industri halal tidak hanya dibidang makanan, tetapi sekarang berkembang di bidang finansial dan jasa,” tegasnya. Sementara itu, Dr.Mohammed Elyas Harun dari Unity Kolej Malaysia, industri jasa transportasi di Malaysia pun sudah mengarah ke halal. |
ia mencontohkan jasa transportasi truk tronton untuk pengangkutan khusus barang-barang halal hingga cargo pesawat pun sudah ada yang mengaudit kehalalannya.Tak hanya itu, pendidikan menenjem produk dan auditing halal pun dikembangkan di perguruan tinggi.Untuk menunjukkan tingkat perkembangan industri halal yang berkembang di Malaysia, Dr Elyas menyebutkan contoh di bidang finasial, di mana para kasir dilengkapi dengan hand clean-pembersih tangan bukan saja dari jeli tapi juga dari pasir. Hal ini untuk mencuci barangkali ada uang yang dihitung itu telah tercelup liur anjing maupun babi, maka sudah tersedia hand clean-pembersih tangan dari pasir yang halal. Prof. Dr. Sugijanto, Apt, Direktur LPPOM MUI Jatim menegaskan bahwa industri halal terus berkembang. Indonesia harus terus berpacu dan menyediakan pula tempat khusus untuk area industri halal. Dan yang tak kalah penting, kata Sugijanto, Indonesia harus tegas mencanangkan kehalalan sebuah produk termasuk untuk obat-obatan dan kosmetik yang menjadi konsumsi tinggi orang Indonesia.* Rep: Akbar Muzakki Editor: Cholis Akbar |